Sabtu, 09 April 2011

softskill

Kelompok 3

1. Petrus
2. Putri Andriyani
3. Putri Susanti
4. Putri Yuli
5. Rosa Eva
6. Sayyidina Suci
7. Spangga
8. Siti Ahdiyati
9. Siti Julaeha
10. Siti Nurfajaria


Soal
A.Menjelaskan model pertukaran sosial dan analisis transaksional

Pengertian Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita

bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan

interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content

melainkan juga menentukan relationship.

Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik

hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin

cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif

komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.

Teori Mengenai Hubungan Interpersonal

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal,

yaitu:

. Model Pertukaran Sosial

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu

transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan

sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang

pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut:

“Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap

individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya

selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan

biaya”.

Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang

diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang,

penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan

suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan

keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efekefek
tidak menyenangkan.


Haree dan Lamb (1996) mendefinisikan teori analisis transaksional sebagai sesuatu teori kepribadian dan tingkah
laku social yang dipakai sebagai wahana untuk psikioterapi dan perubahan social yang lebih umum. Konsep kepribadian dan prilaku social dalam teori ini dipandang sebagai satu kesatuan dimana struktur kepribadian seseorang diyakini akan mempengaruhi cara yang bersangkutan berinteraksi secara social. Komunikasi atau tindakan membina hubungan dengan orang lain merupakan wujud interaksi social. Karena alasan ini kemudian analisis transaksional menempatkan tindakan komunikasi antar manusia sebagai bagian yang tak terlepaskan.
menurut teori analisis transaksional, ketika dua lebih orang bertemu, cepat atau lambat; salah satu dari mereka akan menyapa atau memberikan indikasi lainnya atas kehadiran orang lain. Hal ini disebut “ Stimulus Transaksional”. Orang lain tersebut kemudian akan mengatakan atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan stimulus yang diterima. Respon yang diberikan orang lain tersebut dinamai “Tanggapan Transaksional”. Orang yang menyampaikan stimulus disebut “agen” dan orang yang merespon disebut “Responden”.

B.Menjelaskan pembentukan kesan & ketertarikan Interpersonal dalam memulai hubungan

Tahap Hubungan Interpersonal

Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:

1. Pembentukan

Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa

peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama,

“fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk

menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha

menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka

merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada

tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat

tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.

Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat

dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan

pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d)

kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.


2. Peneguhan Hubungan

Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.

Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan

tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat

faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b)

kontrol; c)respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat.

Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.

Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat

tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan

tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang

mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah

yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang

dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau

tidak ada pihak yang mau mengalah.

Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus

diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan

harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan

keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan

verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius

dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh

diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka

hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah

memberikan respon yang tidak tepat.

Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal

adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung.

Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana

emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar

kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah

suasana emosi.
C.Menjelaskan model peran.konflik adequacy peran serta auntensitas dlm hubungan peran

Model peran

menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya

sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu

bertidak sesuai dengan peranannya

Model Interaksional

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.

Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem

terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama

sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan

untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem

terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal

harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan

pelaksanaan peranan.

Pemutusan Hubungan

Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among

Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan

pemutusan hubungan, yaitu:

a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan

mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang

tertentu dengan merendahkan orang lain.

b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain

sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.

c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain

apabila tujuan bersama tidak tercapai.

d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia

ketahui menyinggung perasaan yang lain.

e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang

mereka anut.

Jenis Hubungan Interpersonal

Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu: a) berdasarkan

jumlah individu yang terlibat; b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; c)

berdasarkan jangka waktu; serta d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.

Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi

menjadi 2, yaitu hubungan diad dan hubungan triad. Hubungan diad merupakan

hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat

diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana

setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad

menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam

hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi

(termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan

tersebut dengan hubungan diad yang lain. Sedangkan hubungan triad merupakan

hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat

keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil

lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan

diambil melalui negosiasi).

Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi

menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan

sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak

dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain.

Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan

tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal

dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua

orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.

Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2,

yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka

pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya

hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.

Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin

lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya

berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan karena

investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk

mempertahankannya.

Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas,

masih terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat

kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim.

Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau

impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan

penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar

kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.

Hubungan intim terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada

jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena

investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah

banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual.

Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal,

yaitu:

1. Komunikasi efektif

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara

pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikatif—interaktif dan

informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau

gagasan secara bersama. Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki

kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya

bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang,

resah dan tidak enak.

2. Ekspresi wajah

Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat

menentukan penerimaan individu atau kelompok. Senyuman yang dilontarkan

akan menunjukkan ungkapan bahagia, mata melotot sebagai kemarahan dan

seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi

interpersonal. Wajah merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam

menyampaikan makna dalam beberapa detik raut wajah akan menentukan dan

menggerakkan keputusan yang diambil. Kepekaan menangkap emosi wajah

sangat menentukan kecermatan tindakan yang akan diambil.

3. Kepribadian

Kepribadian sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin.

Kepribadian mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter

dan perilaku. Faktor kepribadian lebih mengarah pada bagaimana tanggapan

dan respon yang akan diberikan sehingga terjadi hubungan. Tindakan dan

tanggapan terhadap pesan sangat tergantung pada pola hubungan pribadi dan

karakteritik atau sifat yang dibawanya.

4. Stereotyping

Stereotyping merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai

orang lain yang dinisbatkan pada katagorisasi tertentu. Cara pandang ini

kebanyakan menimbulkan prasangka dan gesekan yang cukup kuat, terutama

pada saat pihak-pihak yang berkonflik sulit membuka jalan untuk melakukan

perbaikan. Individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan lingkungan

dengan cara memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau

cenderung melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh,

rajin, atau malas. Penggunaan cara ini untuk menyederhanakan begitu banyak

stimuli yang diterimanya dan merupakan pengkatagorian pengalaman untuk

memperoleh informasi tambahan dengan segera.

Manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan

perilakunya atau kita cenderung menyukai orang lain, kita ingin mereka memilih

sikap yang sama dengan kita, dan jika menyukai orang, kita ingin memilih sikap

mereka yang sama. Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai,

norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat sosial ekonomi, budaya,

agama, ideologis, cenderung saling menyukai dan menerima keberadaan

masing-masing.

6. Daya tarik

Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang

lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan

tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan

cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan

dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik

atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang

sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa

daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab

tanggapan dan penerimaan personal. Orang-orang yang memiliki daya tarik

cederung akan disikapi dan diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk

mempengaruhi pendapat orang lain.

7. Ganjaran

Seseorang lebih menyenangi orang lain yang memberi penghargaan

atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral. Kita akan menyukai

orang yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial ibaratnya transaksi

dagang, dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak

dari biaya. Bila pergaulan seorang pendamping masyarakat dengan orang-orang

disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan ditinjau

dari keberhasilan program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis dan

sosial.

8. Kompetensi

Setiap orang memiliki kecenderungan atau tertarik kepada orang lain

karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya. Masyarakat akan

cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang berpengalaman, ahli

dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dalam situasi

krisis, para pihak yang berkonflik membutuhkan bantuan teknis dan bimbingan

dari individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untuk
mendorong penyelesaian
D.menjelaskan intimacy dan hubungan pribadi
Secara harfiah intimasi dapat diartikan sebagai kedekatan atau keakraban
dengan orang lain. Intimasi dalam pengertian yang lebih luas telah banyak
dikemukan oleh para ahli. Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi
sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan
kekeluargaan. Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk
tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya
terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu
hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari
oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi
masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi
kegemaran dan aktivitas yang sama.
Intimasi menurut Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan
suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat
timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan
informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang
terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi
pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi
dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk
menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal
tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Selain itu dalam proses intimasi perlu untuk memasukkan unsur perasaan
bersatu dengan orang lain. Kebutuhan untuk bersatu dengan orang lain merupakan
pendorong yang sangat kuat bagi individu untuk membentuk suatu hubungan yang
kuat, stabil, dekat dan terpelihara dengan baik (Papalia dkk, 2001). Kedekatan
perasaan seperti ini dapat menimbulkan suatu hubungan yang erat dimana
hubungan ini sebagai lambang dari empati (Parrot dan Parrot, 1999).
Berdasarkan beberapa pengertian intimasi di atas, dapat disimpulkan
bahwa intimasi adalah suatu hubungan interpersonal yang berkembang dari
hubungan timbal balik antara dua individu, yang terwujud melalui saling berbagi
berbagi perasaan dan pikiran yang terdalam, saling membuka diri, serta saling
menerima dan menghormati satu sama lain.

E.Menjelaskan intimacy & pertumbuhan
Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk
tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya
terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu
hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari
oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi
masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi
kegemaran dan aktivitas yang sama.
Factor-factor yang menumbuhkan hubungan interpersonal uang baik berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan.factor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain.Kejujuran, factor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya.sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi.amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.Teori-teori tentang efek komunikasi yang oleh para pakar komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodermic needle theory, teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Teori peluru yang dikemukakan Wilbur Schramm pada tahun 1950-an ini kemudian dicabut pada tahun 1970-an dan meminta kepada para pendukungnya yang menganggap teori ini tidak ada. Sebab khalayak yang menjadi sasaran media ini ternyata tidak pasif. Kemudian muncul teori model atau model efek terbatas, Hovland mengatakan bahwa pesan komunikan efectif dalam menyebarkan informasi, bukan dalam mengubah perilaku. Penelitian Cooper dan Jahoda pun menunjukan bahwa persepsi selektif dapat mengurangi efektifitas sebuah pesan.Contoh : seorang gadis berjalan lenggak-lenggok seperti pragawati dan banyak pria terpana padanya sampai-sampai tak berkedip, itu merupakan pola S – R. Proses ini merupakan bentuk pertukaran informasi yang dapat menimbulkan efek untuk mengubah tindakan komunikasi (communication act). Model S – R mengasumsikan bahwa perilaku individu karena kekuatan stimulus yang dating dari luar dirinya, bukan atas dasar motif dan sikap yang dimiliki.

Sumber : eprints.undip.ac.id/10947/1/SKRIPSI.pdf
www.psikologi.org